RUMAH ADAT LAIKAS
Oleh :
Nama : Noldy Febby
Inaldo
Npm : 58414005
Kelas : 1IA02
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2014 – 2015
BAB
1
PENDAHULUAN
Rumah
Adat Laikas atau yang lebih dikenal dengan nama Malige merupakan rumah panggung
yang berada di Sulawesi Tenggara. Rumah adat ini pada umumnya besar dan megah berbentuk empat
persegi panjang layaknya istana sang raja. Hebatnya seluruh bangunan ini dibuat
tanpa menggunakan bahan logam seperti paku, dan 100% menggunakan bahan kayu.
Pada bagian atapnya menggunakan rumbai alang-alang dan nipah. Kolong bangunan
rumahnya biasa digunakan untuk kandang ternak ayam dan babi.
Gambar 2 Tampak Depan Rumah
Adat Laikas
BAB
2
TIPOLOGI
BANGUNAN
Laikas merupakan rumah panggung yang berfungsi sebagai tempat berlindung masyarakat setempat. Rumah ini terdiri dari empat lantai. Lantai pertama tempat kediaman raja dan permasuri, lantai kedua untuk tempat tinggal,dan lantai ketiga tempat menyimpan barang pusaka, lantai empat untuk tempat bersemedi atau beribadah. Pada kiri-kanan lantai dua terdapat ruang tempat menenun kain yang disebut bone, bangunan tersebut tidak menggunakan paku melainkan pasak kayu atau serat kayu.
Gambar 2 4 Tingkat Rumah Adat Laikas
2.1 Filosofi
Tolaki adalah
salah satu suku yang ada di Sulawesi
Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari
kerajaanKonawe. Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden
yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara
gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan
memakan sagu, yang hingga kini
belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam.
Masakan asli Suku Tolaki sebelum beras adalah dalam bentuk sajian sinonggi.
2.2
Tradisi kehidupan suku tersebut
Kalo Sara merupakan peranti adat
untuk upacara pernikahan hingga menyelesaikan pertikaian. Daun sirih dan pinang
adalah lambang kehidupan, demikian tuturnya. Kain kafan berwarna putih,
sekaligus mengingatkan bahwa kehidupan itu sebenarnya berakhir dengan kematian.
Jadi selain bermakna kultural kain kafan itu juga spiritual. Sementara, tiga
lilit rotan yang membentuk satu lingkaran tadi bermakna:agama, adat, dan
negara.
2.3
Hubungan tipologi bangunan dengan
filosofi hidup suku tersebut
Tolaki adalah salah satu suku
yang ada di Sulawesi Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kota
kendari, Kabupaten konawe, Konawe Selaten, Konawe Utara, Kolaka dan Kolaka
Utara. Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. masyarakat Tolaki umumnya
merupakan peladang dan petani yang handal, hidup dari hasil ladang dan
persawahan yang di buat secara gotong-royong keluarga. Raja Konawe yang
terkenal adalah Haluoleo (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis
keturunan mereka berasal dari daerah Yunani Selatan yang sudah berasimilasi
dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau
penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Karena masyarakat tolaki hidup
berladang dan bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan
pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di
provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari
barat ke selatan menuju Selat Kendari. Bagi orang Tolaki, padi-padian yang
tumbuh di ladang menjadi makanan pokok, tetapi mereka juga menanam ubi jalar,
tebu, aneka macam sayuran, tembakau, dan kopi. Selain itu ada pula makanan
pokok yang berasal dari pohon sagu (tawaro) dan dikelola dengan cara memotong
batang pohon sagu yang kemudian diiris isi dari batangnya setelah itu dilakukan
Lumanda atau meratakan hasil irisan tersebut didalam tempat penampungan
sehingga hasil dari proses semua itu akan menjadi sagu (tawaro)/Sinonggi (siap
saji). Rumah mereka yang umumnya berbentuk rumah panggung tersebar diantara
lahan-lahan yang telah dibuka. Rumah-rumah tersebut umumnya terbuat dari daun
nipa yang dianyam dan memiliki atap yang tinggi. Perbedaan kelas sosial, dengan
bangsawan atas, bangsawan bawah serta masayarakat biasa, masih dipegang teguh
oleh kebanyakan komunitas di Sulawesi. Tiap kelas sosial biasanya memiliki cara
bersikap mereka sendiri, diantara berbagai macam budaya dan tradisi. Wilayah
dibagi menjadi desa, dan hak pemanfaatan lahan diatur oleh lembaga desa. Akan
tetapi, lembaga tersebut pada akhirnya memegang kepemilikan atas lahan.
BAB 3
KEARIFAN LOKAL
DALAM BANGUNAN
Sebagian dari masyarakat Tolaki
masih tradisional dan menggantungkan hidupnya dari mengelola sumber daya
alam. Sampai saat ini suku Tolaki memiliki keyakinan dan tradisi
untuk menjaga dan memelihara kelestarian hutan yang terus diwariskan ke anak
cucu mereka. Pernyataan ini dimaknai dari pepatah ” mombiara pombahora
ronga anahoma ano dungu opitu turuna” yang diartikan secara harfiah bahwa
secara individu dan 2 kekeluargaan masyarakat adat Tolaki harus dapat memlihara
dan melestarikan lingkungan alam yang dimilikinya sampai lapis ketujuh anak
cucu mereka. Kearifan lokal masyarakat Tolaki yang masih dipertahankan sampai
saat ini adalah sistem perladangan dan pembukaan lahan dengan tradisi dan
kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan oleh nenek moyang mereka yang
tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian hutan. Salah satu bentuk
pranata pengelolaan sumberdaya hutan orang Tolaki yang masih berlaku
adalah Monda’u. Pada tulisan ini, penulis akan menjelaskan rangkaian
kegiatan Monda’u mulai dari kegiatan Monggiikii
ando’olo hingga kegiatan molonggo.
BAB 4
KESIMPULAN
Laikas merupakan rumah panggung
yang berfungsi sebagai tempat berlindung masyarakat setempat. Rumah ini berbentuk empat
persegi panjang layaknya istana sang raja. Seluruh bangunan ini dibuat tanpa
menggunakan bahan logam seperti paku, dan 100% menggunakan bahan kayu. Tolaki adalah
salah satu suku yang ada di Sulawesi
Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari
kerajaanKonawe. Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden
yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara
gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan
memakan sagu, yang hingga kini
belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam.
Masakan asli Suku Tolaki sebelum beras adalah dalam bentuk sajian sinonggi.
DAFTAR
PUSTAKA
(10/03/2015
(10.55))
(10/03/2015
(11.20))
(08/03/2015
(9.03))
(10/03/2015
(13.30))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar